Thursday, May 11, 2017

2017

Oh, halo.

Rupanya di tahun 2017 ini aku belum menambahkan satu tulisan pun disini. Jadi kuputuskan untuk menceritakan apa yang sudah terjadi dengan diriku sejauh ini, meskipun dengan alurnya yang kacau, lini masa yang tidak linear, dan kejadian yang saling tumpang tindih.

Aku meninggalkan Jogja dengan menggenggam gelar sarjana dan pekerjaan di tangan. Mimpiku untuk bisa mengosongkan diri dengan menjelajah tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi setelah lulus kuliah ternyata belum berhasil. Aku keburu diikat perjanjian kerja sebelum wisuda. Memasuki dunia kerja, mungkin aku menjadi salah satu dari kamu yang sesekali mengeluh tentang pekerjaanmu (wajar kan?). Namun pada akhirnya menyadari bahwa tempat dimana aku bekerja sekarang masih menjadi yang terbaik bagiku (sampai saat ini). Paling tidak, inilah jawaban atas doaku melalui untaian yang kupanjatkan selama 9 hari berturut-turut. (Iya, Novena. Aku hina tapi kadang masih suka berdoa). Lagipula, aku merasa masih harus banyak belajar disini. Perjalananku masih panjang.

Aku kembali ke Jakarta, berkumpul kembali dengan kedua orang tuaku dan menghabiskan sabtu-mingguku dengan mereka. Kegiatannya selalu sama. Sabtu adalah waktu untuk bangun siang. Terkadang kami bisa seharian berada di rumah bermalas-malasan kalau aku tidak ada janji pergi dengan teman-temanku. Minggu, hari yang tidak bisa diganggu gugat. Kami harus ke gereja pagi, kemudian makan, kontrol dokter kulit, dan belanja mingguan. Mengikuti misa di gereja Katolik mana saja (toh liturgisnya sama). Aktivitas setelah gereja biasanya kami lakukan di mall favorit kami di daerah Jakarta Utara. Membeli makanan yang itu-itu saja, biasanya sushi, soto, atau masakan Manado. Membeli krim wajah dan vitamin rambut yang itu-itu saja di Erha. Belanja mingguan dengan komposisi belanjaan yang itu-itu saja: sereal, lemon, daun ginseng, susu rendah lemak, brokoli, granola, wortel, tomat, yogurt, plum, selada.

Aku kembali bersama dengan orang yang sama. Kebetulan kami dipertemukan di satu siang yang panas, di kota yang juga gersang serta dipenuhi bangunan tua dan rel kereta di pinggiran trotoar jalan utamanya. Hari itu diawali dengan penuh keputusasaan. Kemudian kami duduk di kedai kopi, diselimuti pendingin ruangan yang membantu kami meluruhkan keringat dan kekakuan yang tinggi. Masih dengan “aku ingin tahu kabar terbarumu” yang rapih disimpan di kepala masing-masing. Sadar akan waktu berlalu yang ternyata tidak mampu menghanyutkan ragu, akhirnya kami bersama, berharap sejalan dengan semesta.

Ketiga paragraf di atas selalu didahului dengan “aku”, karena ini memang cerita mengenai diriku.


---
Surabaya, 12 Mei 2017



No comments:

Post a Comment